Search This Blog

Thursday, September 23, 2010

GEMBIRA BERHARI RAYA

Lintas Bundo by Dwi Sukmanila Sayska MA
Seiring terbitnya fajar Syawal, Ramadhan berlalu meninggalkan kita.  Tak terasa begitu cepat bergulir detik-detik indah itu.
Padahal kita belum maksimal melaksanakan shiyam, belum tuntas berulangkali mengkhatamkan dan mentadabburi Al-Qur’an, belum optimal memanfaatkan sepertiga malam, belum cukup banyak bersedekah, dan belum puas melaksanakan ibadah-ibadah unggulan lainnya.  Akankah tahun depan bertemu lagi dengan Ramadhan? Sudah layakkah ibadah sebulan silam mengangkat diri menjadi lebih takwa dan terbebas dari neraka? Dan kini, di hari raya ini, apakah kita benar-benar berhak merayakan kegembiraan itu?
Memaknai Idul Fitri
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam datang ke Madinah sedangkan mereka (penduduk Madinah) memiliki dua hari untuk bermain dan bergembira ria. Maka Rasulullah bersabda, ‘Ada apakah dengan dua hari ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami biasa bermain dan bergembira ria pada masa jahiliyah di dua hari tersebut.’ Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah menggantikan dua hari kalian dengan dua hari yang lebih baik darinya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.’ (HR. Nasa’i)
Berdasarkan hadis di atas, hari raya adalah hari kegembiraan bagi setiap yang beriman. Jadi, meskipun sedih berpisah dengan Ramadhan, hari raya tetap harus disambut gembira. Gembira karena berhasil melepaskan dosa-dosa selama Ramadhan. Gembira karena menang melawan hawa nafsu dan bermujahadah dalam ketaatan dan ibadah. Gembira karena hari ini Allah membolehkan berbuka, merahmati kita dan melipatgandakan pahala puasa dan ibadah Ramadhan kita. Karenanya kegembiraan ini tidak pantas disambut dengan gelora nafsu semata. Allah mengingatkan dalam surah An-Nashr, fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, innahu kana tawwaba. Kemenangan harus disambut dengan tasbih, tahmid dan istighfar.

Perayaan Di Tanah Air Dan Mesir
Dalam literatur Islam klasik, Idul Fitri disebut sebagai Idul Ashgar sementara Idul Adhha adalah Idul Akbar. Itulah kenapa masyarakat Mesir jauh lebih menyemarakkan Idul Adha ketimbang Idul Fitri.
Sedangkan di Indonesia, Idul Fitrilah hari raya besar. Para perantau mudik untuk berhari raya bersama keluarga. Idul Fitri tak hanya dirayakan satu dua hari, tapi selama bulan Syawal adalah lebaran. Beraneka kue dan minuman spesial dihidangkan, berbagai masakan khas disajikan. Pakaian dan perlengkapan rumah serba baru. Masyarakat saling berkunjung ke sanak saudara, handai taulan dan tetangga untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.  Anak-anak gembira mendapat uang raya. Beberapa instansi, organisasi dan komunitas mengadakan halal bihalal. Pejabat negara hingga presiden tak ketinggalan mengadakan open house untuk masyarakat luas.
Bagi masyarakat Mesir, Idul Fitri cukup dirayakan dengan kumpul keluarga dan rekreasi di tempat hiburan, taman atau kebun binatang. Sebagian penduduk Kairo juga mudik lebaran, membuat suasana pemukiman menjadi lengang, rumah-rumah kosong dan jalanan yang nyaris hening. Ini menambah rasa sepi di hati para mahasiswa Indonesia yang tengah dilamun kerinduan mendalam akan kampung halaman.
Untungnya masisir masih punya komunitas kekeluargaan dan persatuan mahasiswa yang menggelar berbagai open house. Ziarah dan saling berkunjung ke rumah senior dan kawan-kawan juga tetap dibudayakan. Hingga Idul Fitri di Mesir tetap penuh arti, sebagai ajang mempererat ukhuwah dan silaturrahmi.
4 Kategori Kegembiraan
Menyambut Idul Fitri dengan penuh kegembiraan adalah sebuah kemestian. Namun faktanya, kegembiraan yang dirayakan berbagai lapisan masyarakat tidaklah sama substansinya. Sedikitnya kita bisa bagi jadi 4 kategori:
Pertama, kegembiraan anak-anak menyambut lebaran. Bagi mereka hari raya identik dengan baju baru, makanan lezat, dapat “salam tempel” ketika berkunjung ke rumah keluarga dan sanak saudara, serta bertamasya ke taman hiburan. Mereka hanya menginginkan sesuatu yang sifatnya kebendaan dan belum paham makna filosofis dari Idul Fitri.
 Kedua, kegembiraan yang dirasakan muslim awam/Islam KTP. Meski jarang shalat dan puasa atau bahkan tidak sama sekali, mereka tetap gembira menyambut Idul Fitri. Selain kegembiraan bersifat materi, mereka juga menikmati nilai-nilai sosial di hari lebaran yaitu tradisi untuk mengunjungi sanak saudara, kerabat dan kawan dekat.
Ketiga, kegembiraan yang dirasakan oleh umat muslim yang menjalankan perintah syariat di bulan Ramadhan. Meraka puasa, sholat tarawih, shadaqoh, tadarus Al-Qur’an,  i’tikaf, dan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah. Tetapi semua itu masih dirasakan sebagai beban bahkan seolah terbelenggu olehnya. Padahal hanya setan saja yang dibelenggu selama Ramadhan. Bagi muslim seperti ini, selain gembira dengan perayaan bersifat materi dan tradisi silaturrahmi, mereka juga memaknai Idul Fitri sebagai momen terlepas dari kekangan Ramadhan. Dan ketika takbir hari raya berkumandang mereka merasa bebas dan secara tidak sadar melampiaskannya secara berlebihan. Pasca Ramadhan bukannya membaik, malah kembali pada kondisi awal. Semua ketaatan dan beragam ibadah mulai menyusut hingga tak tampak lagi. Sungguh ironi.  
Keempat, kegembiraan yang dirasakan umat muslim yang menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan. Ramadhan  dimaknai sebagai momentum peningkatan kualitas diri, hingga dimanfaatkan dengan keikhlasan dan semangat tinggi. Ramadhan dirasakan sebagai kesempatan langka yang belum tentu terulang lagi sehingga digunakan sungguh-sungguh demi menggapai ampunan dan ridha Allah. Lalu ketika takbir hari raya menggema, kegembiraan tertinggi mereka berasal dari rasa syukur yang tak terhingga. Syukur atas kesempatan yang diberikan Allah untuk merengkuh pahala sebesar-besarnya di bulan penuh berkah. Syukur karena diberi peluang menempa diri dan meningkatkan kualitas iman di bulan penuh ampunan. Sehingga ketaatan dan kedisiplinan ibadah selama Ramadhan menjadi bekal peningkatan untuk sebelas bulan berikutnya.
7 Sikap Gembira Berhari Raya
Ada beberapa sikap yang hendaknya terwujud dalam kegembiraan dan kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri, agar tidak keluar dari koridor syariat, yaitu:
1.      Tidak Berlebih-lebihan:
1.      Dalam mengkonsumsi makanan
Karena begitu beragamanya hidangan istimewa di hari raya, kita lupa dengan kapasitas perut kita, sehingga terlalu banyak mengkonsumsi makanan. Sementara Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al-A’raf 31)
2.      Dalam berpakaian. Meski disunnahkan memakai pakaian baru, tetapi jangan sampai bermewah-mewah apalagi melanggar batasan syar’i. Allah berfirman:
وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab 33)
3.      Dalam tertawa dan bercanda.
Tertawa, bercanda, mendengarkan hiburan termasuk perkara yang dimubahkan terutama pada Idul Fitri. Namun jangan sampai melupakan kewajiban atau menjerumuskan pada sesuatu yang dilarang. Allah berfirman:
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (Attaubah 82)
2.      Mengevaluasi ibadah Ramadhan dan penuh harap agar semuanya diterima Allah dan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Rasulullah bersabda:  Apabila salah seorang di antara kalian berdoa maka janganlah dia mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Kamu mau’ tetapi hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam memintanya dan memperbesar harapan, sebab Allah tidak merasa berat terhadap apa pun yang akan diberikan oleh-Nya.” (HR. Muslim).
3.      Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dan disiplin dalam ibadah, karena predikat taqwa haruslah berkelanjutan hingga akhir hayat. Rasulullah bersabda:
”Bertaqwalah engkau kepada Allah dimanapun dan kapanpun juga, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapuskannya, dan bergaullah bersama  manusia dengan akhlak yang baik”. (HR Tirmidzi dan Ahmad).
4.      Saling mendoakan semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
قَالَ وَاثِلَةٌ لَقَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَيْدٍ فَقُلْتُ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ قَالَ نَعَمْ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
Watsilah bin Al-Asqo berkata, ‘Aku menemui Rasulullah pada hari Id lalu aku mengucapkan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka’, kemudian Rasulullah menjawab, ‘Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka’ (HR. Baihaqi).
5.      Jadikan Idul Fitri sebagai salah satu momentum memaafkan orang lain, bersilaturrahim dan meminta maaf kepada keluarga, sanak saudara, teman dan tetangga. Allah berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Penghuni surga adalah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 134)
Rasulullah bersabda:
”Siapa yang ingin dimudahkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya menyambung tali kerabat.” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
“Siapa yang menengok orang sakit atau menziarahi saudaranya karena Allah Ta’ala, maka datanglah penyeru yang menyerukan; engkau baik, dan langkahmu juga baik dan engkau akan masuk surga sebagai tempat tinggal.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Semoga kegembiraan Idul Fitri ini betul-betul bergema dalam jiwa kita. Bukan hanya kegembiraan semu bersifat kebendaan dan kesenangan duniawi semata. Dan semoga juga dipenuhi semangat juang di 11 bulan mendatang, untuk terus melestarikan ketaatan Ramadhan, senantiasa mengisi hari-hari dengan amal kebaikan. Karena sejatinya, hari raya ini adalah hari pertama kita bertempur kembali melawan godaan setan. Wallahu A’lam.

No comments:

Post a Comment