Search This Blog

Thursday, September 23, 2010

Cerita Dari Negeri Sendiri

Kampuang Nan Jauah Di Mato by Ummu Alya & Abduh Lira Erlina Lc

Hilal Syawal menjenguk setelah matahari senja Ramadhan terbenam. Ufuk merah tersisa semerah mata  kesedihan ketika berpisah dengannya. Tamu pembawa hadiah keberkahan telah pergi, dan belum tentu kita akan menjumpainya kembali. Padanya Allah memberikan kita kesempatan yang seluas-luasnya untuk merubah diri, dan membersihkan jiwa dari segala dosa. Kita tidak tahu benarkah kita berhak mendapatkan gelar "fitrah" bak bayi terlahir kembali atau tidak? Namun kita telah berusaha. Dan sekarang hanya bertawakkal, serta berdoa semoga kita berhak mendapatkan pengampunan itu, dan kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin…!
"Laisal 'îd man labisal jadîd walakinnal 'îd man ta'atuhû tazîd"
Bismillah. Kita melangkah memulai lembaran baru kehidupan ini dengan beramal shaleh. Semoga Allah mentakdirkan qadar terbaik untuk hidup kita karena bukti tarbiyah Ramadhan adalah bertambahnya ketakwaan kita kepada Allah setelah Ramadhan itu pergi.
Senandung takbir menyeruak di setiap pelosok negeri. Lantunan takbir memuji kebesaran Allah sayup menyentuh rasa, menggetarkan jiwa, mencucurkan air mata. Kebahagian menyambut hari raya sangat terasa. Tak ketinggalan papan iklan di jalanan yang bertuliskan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Menjelang lebaran akan tersiar berita mengenai arus mudik, begitu juga setelah lebaran, diinformasikan pula suasana arus balik. Secara keseluruhan, puasa dan lebaran di kampung halaman memang berbeda dari negeri orang. Sangat nikmat rasanya merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara. Di malam takbiran, anak-anak asyik memainkan lilin dan kembang api. Sementara para wanita sibuk di rumah dengan rutinitas kerja. Nenek-nenek masyghul di dapur memasak makanan tradisional khas Minang seperti galamai, lontong ketupat dengan gulai tauco. Para ibu biasanya membuat berbagai jenis kue dan kacang–kacangan sebagai hidangan untuk tamu-tamu yang datang. Para gadis membersihkan rumah, memasang gorden paling bagus, karpet dan alas kasur terbaik yang memang hanya dipasang ketika lebaran saja. Hampir setiap rumah melakukan hal sama. Inilah hal-hal unik dan istimewa bagi masyarakat yang selalu mereka rindukan di setiap tahunnya. Sungguh suasana ramai dan bahagia meliputi hati kita.
Bagi kita di rantau, khususnya kami sekeluarga yang telah enam tahun berpisah dari orang tua dan keluarga besar, perpisahan itu mungkin hanya terasa sebentar karena kesibukan kuliah dan aktivitas yang dijalani selama di Kairo. Namun bagi orang tua yang ditinggal, hal itu bak penantian panjang karena kerinduan yang mendalam untuk berkumpul bersama anak dan cucu mereka. Selama itulah mereka menangis. Apalagi ketika mendengar senandung takbir, air mata bercucuran lebih deras. PULANGLAH Nak….Ini Lebaran. Begitulah harapan semua orang tua pada anak-anaknya di rantau. Ya, karena pada saat lebaran inilah waktu yang tepat untuk berkumpul dengan semua anggota keluarga. Semua anak dan cucunya bisa dilihat dan bisa diajak bermain bersama. Karena selain lebaran sangat sulit sekali mengumpulkan semua anak dan cucunya secara bersama-sama. Indahnya kebersamaan saat itu terasa berbeda di banding hari-hari lainnya.
Azan Subuh berkumandang. Semua anggota keluarga bersiap-siap untuk melaksanakan shalat Îd. Pagi itu, masyarakat  berkumpul di perempatan jalan. Mereka memenuhi jalanan kampung bersama-sama menuju tempat shalat Îed di lapangan tepi sungai. Hari raya kali ini memang agak istimewa bagi masyarakat kampung sebab imam dan khatib khutbah Îd adalah alumnus universitas Al-Azhar Mesir. Gema takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di sepanjang jalan. Pemandangan yang mengharukan. Air mata ini tak terasa telah membasahi pipi. Rindu dengan suasana keakraban seperti ini.    
Selesai shalat, semua saling bersalam-salaman sembari bermaaf-maafan sesama masyarakat kampung dan orang rantau yang pulang serta berbagi cerita setelah sekian lama berpisah. Kemudian kembali kerumah untuk menyantap hidangan lebaran, lontong ketupat dengan gulai tauco dan segala jenis kue-kue dan makanan-makanan sedap.  Mmm...sebuah kenikmatan yang telah beberapa tahun tak didapati. Setelah sarapan bersama anggota keluarga, mulailah masing-masing keluarga berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan dunsanak. Semua berkumpul dengan wajah ceria dan senyuman merekah. Lebaran ternyata menyatukan saudara yang telah lama tidak berjumpa. Di saat lebaran inilah kita bisa berbagi cerita suka dan duka dengan mereka. Tawa dan canda kerap menggema disela percakapan kita, senyum selalu terpancar dari wajah-wajah ramah mereka. Demikianlah kenangan indah suasana lebaran di kampung yang kami rasakan tahun lalu, khas dengan segala hiruk pikuk dan semua makanan lezatnya.
Jadi tidak salah kalau setiap lebaran orang tua kita selalu mengharapkan kita untuk pulang. Orang tua kita mengharapkan agar silaturrahmi dengan keluarga besar tidak terputus. Meskipun terkadang dari kita sendiri yang merasa malas atau beranggapan ada hari lain selain lebaran. Namun sejatinya, lebaran tidak bisa digantikan dengan hari lain. Lebaran tetaplah lebaran dimana semua orang saling bertemu untuk menyambung tali silahturahmi yang hampir padam.
Begitulah memaknai lebaran dengan sejuta kehangatan yang tidak akan kita temukan di rantau orang. Itulah sebuah cerita dari negeri sendiri dengan sejuta nostalgia indah. Dan lebaran kali ini, kami kembali lagi kepada kesedihan lama. Sepi tanpa keluarga. Tidak ada famili kecuali anak dan suami. Tidak ada makanan-makanan sedap kecuali katering KBRI. Sedih.
Ingin rasanya pulang mencium tangan ayah ibu meminta keridhaan dan maaf dari mereka sembari mengucapkan "Mohon maaf lahir batin Yah...Bu..." juga menikmati lebaran di kampung setiap tahunnya. Tapi apa daya hendak dikata ongkosnya terlalu mahal. Jadi bersabar sajalah menunggu kesempatan itu datang kembali. Sementara ini hanya bisa melalui SMS atau nelpon lewat internet demi menjalin komunikasi dengan keluarga…
"Mohon maaf lahir batin Bundo Kanduang KMM..." Allahu Akbar....Allahu Akbar ...Allahu Akbar! Lâ ilaha illallâhu Allahu Akbar...Allahu Akbar wa lillahilhamd..! yuk pai rayo wak lai...?!

No comments:

Post a Comment