Search This Blog

Thursday, September 23, 2010

MERAYAKAN HARI KEMENANGAN

Fiqh Bundo by Novi Rizviani Lc


Syawal adalah bulan kemenangan bagi orang yang berhasil memaksimalkan ibadah Ramadhan. Hari raya merupakan augerah Allah buat hamba-Nya yang bersyukur di dunia, yang juga akan menerima anugerah terindah dari Allah SWT di akhirat kelak.
Rasulullah telah bersabda:
”Hendaklah kamu bersungguh-sungguh pada hari raya Fitri ini melakukan sedekah, melakukan segala bentuk kebaikan dan kebajikan seperti melakukan sembahyang, berzakat, bertasbih, bertahlil karena sesungguhnya hari ini adalah hari yang Allah mengampunkan dosa-dosa kamu dan Allah SWT melihat pada kamu dengan rahmat.”
”Apabila tiba hari raya, Allah SWT telah mengutuskan para malaikat, maka mereka pun turun di seluruh negeri, di seluruh pelosok dunia. Maka mereka pun berkata: Wahai umat Muhammad hendaklah kamu keluar kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Maka apabila mereka umat-umat Muhammad itu keluar kepada tempat solat mereka, lantas Allah SWT berfirman: Hendaklah kamu saksikan wahai para malaikat-Ku. Sesungguhnya Aku telah jadikan pahala mereka itu di atas puasa mereka sebagai keredhaan-Ku dan keampunan dari-Ku.”

Dari dua hadis ini, dapat diketahui bahwa anugerah Allah kepada mereka yang telah berhasil menempuh Ramadhan ialah kedatangan Syawal yang membawa beberapa manfaat di antaranya:
1. Dapat keampunan dari Allah SWT
2. Doanya diterima Allah SWT
3. Allah memberi rahmat kepadanya
4. Dia mendapat keredhaan Allah SWT
Anugerah-anugerah ini merupakan jaminan kebahagiaan di dunia dan di akhirat untuk seseorang mukmin khususnya bagi mereka yang bertaqwa.

Amalan Utama Di Bulan Syawal
Orang mukmin menyambut Syawal dengan rasa kesyukuran dan terus melakukan amal ibadah dan amal kebaikan demi mengharap keredhaan Allah. Di antara amalan yang di syariatkan pada bulan Syawal ialah:
1. Membayar zakat fitrah
Saat akan berakhirnya bulan Ramadhan, kaum muslimin diwajibkan membayar zakat fitrah. Sabda Rasulullah:
”Amalan puasa Ramadhan itu digantungkan antara langit dan bumi, dan baru diangkat setelah dikeluarkan zakat fitrah.”
2. Bertakbir dan bertahmid
Lafadz takbir itu banyak corak ragamnya. Yang paling sahih dalilnya ialah yang diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dari Salman dengan sanad sahih:
”Bertakbirlah kamu: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Kabiraa (Allah Masa Besar, Allah Maha Besar sungguh-sungguh Besar)
3. Mendirikan sembahyang Idul Fitri
Menurut Sunnah Rasulullah shalat Idul Fitri itu didirikan di lapangan terbuka. Sebaik-baik perjalanan ke tempat shalat melalui jalan dekat dan pulangnya melalui jalan lain. Sepanjang perjalanan ke tempat shalat lantunkan takbir dan tahmid. dalam sebuah riwayat Ummu Athiyah ra. berkata, “Kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut” (HR. Bukhari).
4. Menyambut Hari Raya mengikuti syariat sebagai tanda syukur dan kemenangan karena telah berhasil melaksanakan perintah berpuasa selama sebulan di bulan Ramadhan.
Malam Idul Fitri adalah malam yang mulia, malam pertama bulan Syawal. Banyak riwayat tentang keutamaan beribadah di malam ini. Amalan dan doa di malam Idul Fitri sebagai berikut:
Pertama: Mandi Sunnah ketika matahari terbenam.
Kedua: Menghidupkan malam ‘Id dengan shalat sunnah, doa, dan istighfar.
Ketiga: Membaca doa berikut sesudah shalat Maghrib, Isya’, Subuh, dan sesudah shalat ‘Id:
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لا اِلهَ إلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ، الْحَمْدُ للهِ عَلى ما هَدانا وَلَهُ الشُّكْرُ على ما اَوْلانا
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji milik Allah; Alhamdulillah kami panjatkan puji pada-Nya yang telah menunjuki kami, kami sampaikan rasa syukur pada-Nya yang telah menyayangi kami.”
5. Membantu orang susah dan melayani anak yatim
Di hari raya, anak-anak yatim dan orang-orang miskin tidak dapat bergembira sebagaimana orang lain. Menjadi tanggung jawab kita membantu dan menggembirakan mereka. Inilah yang telah diteladankan Rasulullah saw. Dalam al-Qur’an yang berbicara tentang anak yatim dan orang miskin cukup banyak, antara lain dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 83, 177, 215, 220, Al-Nisa’ (4) ayat 2, 3, 6, 8, 10, 36, 127, Al-An’am (6) ayat 152, Al-Anfal (8) ayat 41, Al-Isra’ (17) ayat 34, Al-Kahfi (18) ayat 82, Al-Hasyr (59) ayat 7, Al-Insan (76) ayat 8, Al-Fajar (89) ayat 17, Al-Balad (90) ayat 15 dan Al-Dhuha (93 ) ayat 6, 9, Al-Maun (107).
6. Puasa Enam
Puasa enam ialah puasa enam hari di bulan Syawal, berpuasa setelah sehari menyambut hari raya. Puasa ini dibolehkan dikerjakan secara berturut-turut enam hari atau tidak asalkan dalam bulan Syawal. Banyak keistimewaannya, sabda Rasulullah :
”Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa.”(Riwayat Jamaah kecuali Bukhari dan An-Nasa’i juga diriwayatkan oleh Ahmad dari hadis Jabir)
Setelah melalui bulan Ramadhan, tentu saja kita masih perlu untuk beramal sebagai bekal kita nanti sebelum dijemput oleh malaikat maut. Seorang ulama Salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya di bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar, “Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah Ta’ala secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh di sepanjang tahun.”
Ketahuilah amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. al-Hijr: 99). Semoga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Setelah berpuasa wajib di bulan Ramadhan, hendaklah kita menyempurnakannya dengan puasa sunnah. Di antara keutamaannya adalah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi berikut,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)
Itulah di antara keutamaan seseorang melakukan amalan sunnah. Dia akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberinya keutamaan dengan mustajabnya do’a.
Selain puasa Syawal ini, masih banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim sepanjang tahun setelah Ramadhan. Di setiap bulan Hijriyah kita disunnahkan puasa ayyamul bid yaitu tiga hari pada tanggal 13, 14, dan 15. Kita juga dapat melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Arofah (pada tanggal 9 Dzulhijah), puasa Asyura (pada tanggal 10 Muharram), memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagaimana yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan jika mampu boleh juga melakukan puasa Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Semoga Allah memudahkan kita melakukan ibadah di hari-hari mendatang. Wallahu a’lam Bishawab.

No comments:

Post a Comment